Pada sebuah lomba "Mengarang Dempo Dragonfly Society (Indonesia)"
On 19 April 2011
....
(Walo kalah tapi masih bs tersenyum..sebuah pengalaman yg unik)

CAPUNG...KEMANA KAU AKAN KUCARI..?
Pernahkah kamu melihat capung...? Tentu pernah. Tapi, itupun hampir lepas dari perhatian kita. Mungkin karena bentuknya yang kecil dan terlihat sangat cepat untuk terbang. Jangankan kalian. Keponakanku pun dulu pernah dibuat heran dengan binatang yang satu itu.
Keponakan : Eeeh...itu binatang apa tante..? (waktu itu Kiki masih TK A)
Sang Tante : “Itu capung, Ki.”
Keponakan : “Capung binatang apa tante..?
Sang Tante : ....????? (aduh...mesti jawab apa saat itu..he..he..he..refrensi tentang capung benar-benar aku tidak tahu. Yang aku tahu selama ini, capung adalah gantrung (bahasa Jawa) yang sering ditangkap oleh anak-anak untuk dipasang benang pada ekornya. Hi..hi..hi..)
Sore itu.. saat berjalan memasuki sebuah toko, kami melihat lagi sebuah iklan yang ditempel pada sebuah pintu masuk, yang besarnya segedhe-gedhe umat (he..he..he..), betul-betul menarik perhatianku. Dempo Dragonfly Society Indonesia benar-benar mengingatkanku tentang binatang kecil itu. Sedikit demi sedikit, aku sudah mengenal tentang binatang kecil itu. Tapi, kemana akan kucari...?
Setahuku, capung sering dijumpai di daerah persawahan. Tapi, kadang-kadang juga muncul di lingkungan perkotaan. Kehadirannya sering kali dilupakan orang. Padahal, capung ternyata..merupakan indikator suatu wilayah yang bersih.
Di sini, aku tidak membahas capung secara ilmiah. Karena aku yakin, kemampuan anak-anak muda sekarang jauh lebih hebat bila dibandingkan dengan jamanku sekolah dulu. Referensi yang didapat juga beragam. Bisa didapat dari browsing di internet, dari majalah flora fauna sampai buku-buku yang tebalnya bisa melebihi novel-novel yang pernah aku baca. He..he..he Jelas aku tertinggal jauh (melas.com). Begitu juga dengan mengamati binatang yang dapat terbang dengan cepat itu, jelas aku tidak punya waktu. Waktuku banyak tersita dengan kegiatan khas wanita karier (hi..hi..hi..gaya) dan sebagai babysiter waktu cuti (T-T). Rasanya waktu 24 jam tidaklah cukup, inginnya semua diselesaikan dalam waktu yang bersamaan. Weh...memang maruk.com yaaa....
Tulisan yang ingin aku tuangkan disini bukan bersifat esai, atau sejenisnya. Dengan berbekal pengetahuan dan ketrampilan yang aku miliki, aku ingin agar masyarakat lebih mengenal dan menyadari kehadiran mereka (capung) di tengah-tengah kehidupan kita. Akan lebih baik lagi bila dapat menjadi referensi buat generasi muda yang juga menyukai kegiatan ini.
Malam hari..., saatnya beraksi, akupun mulai mengutak-atik berbagai manik-manik yang aku punya agar dapat aku jadikan sebuah hiasan (hasil hunting di pasar modern blok M). Terinspirasi dari beberapa bentuk, warna dan macam capung, maka dengan sedikit keahlian yang aku miliki, aku mencoba menuangkannya dalam bentuk karya seni. Tentunya setelah browsing dari berbagai situs atau web. Harapan aku..akan tercipta sebuah bentuk bros yang bisa disematkan pada baju, jilbab ataupun sebagai hiasan souvenir.
Pertama-tama, aku mencari gambar-gambar tentang capung. Ternyata ada banyak warna dan jenis. Ini beberapa jenisnya..(mohon koreksi bila salah yaa...he..he..he..)
![]() |
| Neurothemis sp. |
Sengaja aku ambil gambar capung dalam beberapa pose atau gaya. Dari jauh, dari depan malahan close up. Wuih..bak peragawati aja yo. Tapi, bener, capung ternyata memang cantik dan anggun. Jadi terpesona nii...
Tujuanku, agar aku mendapatkan detail dari bagian-bagian dari capung. Yang nanti akan aku kreasikan dalam sebuah souvenir atau hiasan. Bongkar pasang, sudah pasti akan menjadi andalan.
Bila capung mempunyai fase-fase dalam metamorfosis sebelum menjadi capung dewasa, maka dalam merangkai souvenir inipun, capung tiruanku juga mengalami hal yang sama.
![]() |
| Subordo Anisoptera |
Masing-masing ada 2 pasang.
Untuk kaki yang panjang, aku coba memakai kawat. Tapi, sepertinya kawat bukan ide yang bagus. Karena akan terlihat aneh (malah mirip dinosaurus lo..)
![]() |
| Close up "capung" |
Sekarang, saatnya merangkai manik-manik. Sudah aku duga, bongkar pasang memang tidak bisa dihindari. Tiba-tiba aku sadar, betapa besar Tuhan menciptakan mahklukNya. Kita manusia benar-benar tidak bisa menirunya. Manik demi manik aku rangkai, kawat juga sudah diuwer-uwer untuk mendapatkan bentuk yang indah. Butuh perjuangan ! Semangat ! Bentuk kepala, badan, ekor dan antena sudah terpasang. Tinggal media tempat capung tiruan nongkrong. Terpikir memang, seekor capung yang terbang dengan cepat, sehingga tidak salah bila orang Jepang mempunyai ide untuk membuat pesawat capung. Tapi, capung tiruan ini tidak bisa terbang dengan cepat. Yang aku inginkan, capung tiruan ini dapat berpindah tempat, bukan terbang. Dengan harapan orang akan memperhatikan kehadiran dan kecantikannya. Jiaahh... Tempat bros, jadi pilihan. Aku ikat capung itu pada media tempat bros. Mengikatnya harus benar-benar erat, agar tidak goyah dan jatuh. Rapikan ikatan kawatnya sebelum ditutup.
Setelah melalui perjuangan yang cukup dengan mengotak-atik manik dan kawat, akhirnya... Taaaraaa....
Sayangnya, belum ada model yang memakai bros capung tiruan ini. Sekedar promosi. Inginnya siih disematkan pada busana pribadi. Tapi, takut dibilang narsis. He..he..he..
Bisa dibayangkan, bila capung tiruan ini akan eksis di tengah-tengah masyarakat. Jadi, tak akan ada lagi pertanyaan...capung..kemana kau akan kucari..?
======00000=======



kapan ikutan lomba lagi dhi..
BalasHapus