Oleh : Ang Jasman ..
bungkuk tubuhnya memikul kerinduan
teramat panjang
sepasang kakinya yang kering dengan
setia meniti jalan jelaga.
Tak peduli dingin membekukan arah
pulang
api di dadanya membakar reranting
yang merintang
selalu terbetik harap di dasar ruh
menguak tabir halimun.
Dikuatkannya tekadnya di penghujung
sisa napas buat menyudahi langkah
sekujur tubuhnya basah kepasrahan
yang tak sudah seperti ricik hujan
setia menggantikan kemarau kembali
membasuh bumi.
Di penghujung sisa nafas tinggal
satu
mentari dari Tabriz menyapa dengan
silaunya
juga senyum lembut Jalalluddin Rumi
murid terkasihnya .
Ada juga kepak anggun rajawali
al-Hallaj dan Siti Jenar
berkalung darah, cinta dan kepasrahan
atas nama kasih
seperti Jatayu tersungkur di birahi
angkara Sang Rahwana.
Khaidir dan Rabiah al-Adawiah bawa
kendi air cinta kasih
pemuas dahaga jiwani penyilih
debu-debu duniawi.
Lihat! Seorang pejalanan dengan kaki
kering penuh borok
tak serahkan langkahnya meski
orang-orang suci itu membasuh dosa
dengan kasih mereka yang tulus.
“Biarkan tubuh busuk ini tersungkur
di kakinya dimana debu
lebih lezat dari makanan para raja
dunia
lebih indah dari mahkota baiduri
para puteri istana.
Kan kulunaskan rinduku dalam
tatapannya dibakar agung wajahnya.
Tinggalkan saja aku disini di kaki
bukit dan tepian mata air ini
berselimut kabut beralas angin
dingin.
Gigil tubuhku adalah tarian ruh
paling gemulai.
Gemerutuk gigiku adalah tembang
pujian paling merdu.
Kusilang sudah separuh bumi di angin
beku dan kemarau
takkan pernah kupinjam langkah
kalian.
Terik dan api mentari menyegarkan
dadaku
ricik dan air bah mengurai
keringatku.
Tinggalkan saja aku disini di jalan
yang menjadi bagianku
berteman bulan dan bintang-bintang
yang selalu setia menemaniku.”
Syahdan, para suci itu terus
mengayun langkah pujian
berjubah cahaya kemuliaan Sang
Penyayang
tapi hati mereka tertinggal di dada
lelaki bungkuk itu.
Jalan ini memang milik sendiri yang
mesti ditempuh
dengan kaki sendiri dan hati meski
jarak tak tampak mata
memasuki kuping sendiri menemui Sang
Dewa Ruci.
For, someone..
(..kiranya ketabahan telah menjadi milikmu untuk teguh membawa kerinduan itu pada bidadarimu..)
Luv..peace..nd regreat
For, someone..
(..kiranya ketabahan telah menjadi milikmu untuk teguh membawa kerinduan itu pada bidadarimu..)
Luv..peace..nd regreat

ijinkan kami mengecap walau sekejab bolehkan kami menguntit meski hanya seklumit sedang aromanya biarkan diurai sang pujangga dan warnanya mjd bagian para pengukir cerita kami hanya ingin sedikit menggigit dang mencicip buah yg terlihat pahit,, :D
BalasHapus