Jumat, 23 Desember 2011

Mother's day


MOM
 
From the beginning
Mom is there
To clean sticky fingers,
Wipe away tears,
And kiss away boo~boos.
Through the years
She softens life’s inevitable blows
And sheds her
Light of kindness
Along life’s pathway
Thank you Mom!




Cerita bermula ketika aku masih kecil, aku terlahir sebagai seorang anak laki-laki di sebuah keluarga yang miskin. Setelah kepergian ayah karena sakit, ibu yang malang harus merangkap sebagai ayah untuk anak-anaknya. Dengan tekad untuk tetap dapat menghidupi keluarga, ibu mencari nafkah dengan berjualan sayur yang dibelinya dari hasil kebuh tetangga untuk dijual di pasar.

Beberapa tetangga yang melihat kehidupan kami yang begitu susah, seringkali menasehati ibuku untuk menikah lagi. Tetapi demi menjaga perasaan serta untuk mencurahkan seluruh kasih sayangnya kepada anak-anaknya, ibu tidak mengindahkan nasehat mereka. Ibu berkata “Saya tidak butuh cinta.” Inilah kebohongan ibu yang pertama. Acap kali ketika saat makan, ibu memberikan porsi nasinya untukku. Sambil memindahkan nasi ke mangkukku, ibu berkata, “Makanlah nak, aku tidak lapar.” Inilah kebohongan ibu yang kedua.

Ketika aku mulai tumbuh dewasa, ibu yang gigih sering meluangkan waktu senggangnya untuk pergi memancing di kolam dekat rumah. Ibu berharap dari ikan hasil pancingannya, ia dapat memberikan sedikit makanan bergizi untuk pertumbuhan anak-anaknya. Sepulang memancing, ibu memasak sup ikan yang segar dan mengundang selera. Sewaktu aku memakan sup ikan itu, ibu duduk di sampingku dan memakan sisa daging ikan yang masih menempel di bekas sisa tulang ikan yang aku makan. Melihat ibu seperti itu, dengan menggunakan sendok aku memberikan seluruh sisa ikan yang ada pada piringku kepada ibu. Tetapi dengan cepat ibu menolaknya, “makanlah nak, aku tidak suka makan ikan.” Inilah adalah kebohongannya yang ketiga.

Ketika aku masuk SMP, demi membiayai sekolahku dan kedua saudaraku, ibu sering sekali pergi ke koperasi sekolah. Dengan menjual anyaman rumbia ibu mendapatkan uang untuk kehidupan kami. Saat musim hujan tiba, aku sering terbangun dari tempat tidurku karena hawa dingin yang menyengat tubuhku. Kulihat ibu yang hanya bertumpu pada lampu tempel, tetapi dengan gigih melanjutkan pekerjaannya merajut rumbia. Aku berkata, “Ibu, tidurlah, sudah malam, besok pagi ibu masih harus berjualan ke pasar.” Ibu tersenyum dan berkata, “cepatlah tidur nak, aku tidak lelah.” Inilah kebohongan ibu yang keempat.

Pada waktu ujian tiba, ibu memutuskan untuk berjualan, supaya dapat menemaniku pergi ujian. Ketika lonceng tanda ujian berakhir berbunyi, ibu dengan segera menyambutku. Ia menuangkan the yang sudah disiapkan dalam botol dingin untukku. The yang begitu kental, tapi tidak dapat dibandingkan dengan kasih sayangnya yang jauh lebih kental. Melihat ibu berbanjir peluh, aku segera memberikan gelasku kepada ibu sambil menyuruhnya minum. Ibu berkata, “minumlah nak, aku tidak haus!” Inilah kebohongan ibu yang kelima.

Setelah kami sudah tamat dari sekolah dan bekerja, ibu yang sudah tua, sudah waktunya berhenti bekerja. Ibu tidak mau. Ia rela untuk tetap pergi ke pasar setiap pagi untuk jualan sedikit sayur. Kakakku yang bekerja di luar kota sering mengirimkan sedikit uang untuk membantu memenuhi kebutuhan ibu. Ia tetap bersikukuh tidak mau menerima uang tersebut. Malahan mengirim balik uang tersebut. Ibu berkata, “ibu masih punya uang.” Inilah kebohongan ibu yang keenam.

Setelah lulus dari S1, aku pun melanjutkan kuliah S2. Aku memperoleh gelar master di sebuah universitas ternama di Amerika berkat sebuah beasiswa di sebuah perusahaan. Akhirnya aku pun bekerja di perusahaan itu dengan gaji tinggi. Aku bermaksud membawa ibuku untuk menikmati hidup di Amerika. Tetapi ibu yang baik hati, bermaksud tidak mau merepotkan anaknya, ia berkata, “aku tidak terbiasa tinggal di kota besar.” Inilah kebohongan ibu yang ketujuh.

Setelah memasuki usianya yang tua, ibu terkena penyakit kanker lambung dan harus dirawat di rumah sakit. Aku yang berada jauh di seberang samudra atlantik langsung segera pulang untuk menjenguk ibunda tercinta. Aku melihat ibu yang terbaring lemah di ranjangnya setelah menjalani operasi. Ibu terlihat sangat tua, menatapku dengan penuh kerinduan. Aku melihat senyum yang tersebar di wajahnya terkesan agak kaku karena sakit yang ditahannya. Terlihat dengan jelas betapa penyakit itu menjamahi tubuh ibuku sehingga terlihat lemah dan kurus kering. Aku menatap ibuku sambil berlinangan air mata. Hatiku perih, sakit sekali melihat ibuku dalam kondisi seperti ini. Tetapi ibu dengan tegarnya bekata, “jangan menangis anakku. Aku tidak apa-apa.” Inilah kebohongan ibu yang kedelapan. Setelah mengucapkan kebohongan yang kedelapan, ibuku tercinta menutup matanya untuk yang terakhir kalinya.

Sebelum terlambat, luangkanlah waktu untuk mengucapkan, “terima kasih ibu.” Ini akan sangat menentramkan hatinya. Meluangkan waktu untuk sekedar berbincang dengan mereka merupakan kesempatan yang akan menyenangkan hati mereka. Di tengah-tengah aktivitas kita yang padat ini, kita selalu mempunyai beribu-ribu alasan untuk meninggalkan ayah dan ibu kita dalam kesepian. Kita biasanya lupa akan ayah dan ibu yang ada di rumah, jika dibandingkan dengan teman dekat kita. Kita pastinya lebih peduli dengan teman dekat kita. Buktinya, kita selalu cemas akan kabar teman dekat kita, cemas apakah dia sudah makan atau belum, cemas apakah dia bahagia bila di samping kita. Namun, apakah kita semua pernah mencemaskan keadaan orang tua kita? Apakah orang tua kita sudah makan atau belum? Apakah orang tua kita sudah bahagia atau belum? Jika demikian, mari merenung dan mengubah perilaku kita kepada mereka. Mari memberikan yang terbaik.

On based True Story ~ Belly Lesmana

3 komentar:

  1. sudah siapkah jadi pembohong yg baik yann..kk.. happy mother's day (walo dah lewat..aniwei..kapan hari bapak y..juding..:))

    BalasHapus
  2. cerita ini lbh cocok diberi judul :"10 kebohongan Ibu" (eh 8 ya? sori lupa hehe). Ibu tdk perlu menikah lagi masak km anggap bohong? bs sj ibumu betul. Mungkin dia tdk menemukan banyak alasan atau tdk menganggap penting menikah lagi..tdk juga krn alasan menghianati suami,(mungkin alasan ibu km tdk menikah lg krn takut perhatiannya thd km jd berkurang..)so, jgn menganggap ibu km berbohong..
    untung ceritanya berakhir dgn ucapan terima kasih ibu...
    hehe..

    BalasHapus
  3. akhirna..keluar jg coment dari ms aloy..he he he.. tengkyu ms :)

    BalasHapus